SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Friday, December 25, 2015

Kisah Inspirasi - James Gwee Trainer Paling Favorit Indonesia

 

james gwee - seminar jakarta indonesia 2011
James Gwee dikenal sebagai salah satu pembicara top di Indonesia, meskipun ia lahir dan besar di Singapura. Seminar-seminarnya mampu memotivasi peserta yang hadir sekaligus meningkatkan performa mereka di bidangnya masing-masing.

"...Mr. James Gwee dapat membantu saya meningkatkan motivasi Jual bagi wiraniaga saya", kata salah seorang peserta seminar.

Lalu bagaimana James Gwee bisa menjadi pembicara favorit di Indonesia, padahal ia berkewarganegaraan Singapura?

James sebenarnya baru datang ke Indonesia pada tahun 1990.

Pada awalnya, James Gwee sebenarnya lulus dengan gelar di bidang IT di Singapura. Setelah itu, ia mendirikan sebuah sekolah / tempat kursus komputer bersama teman-temannya.

Dari sekolah inilah sebenarnya kemampuan public speaking-nya mulai berkembang. Selain mengikuti sebuah workshop tentang bagaimana berbicara di depan publik, hal yang berkontribusi banyak dalam kemampuan berbicaranya adalah ketika ia harus mengunjungi sekolah-sekolah untuk melakukan presentasi atau demo untuk sekolah komputernya.

Sekolah tersebut cukup sukses, sehingga membuatnya membuat sebuah franchise (waralaba) dan salah satu franchisee yang pertama ada di Indonesia. Nah, karena James satu-satunya orang yang bisa berbicara sedikit bahasa Melayu maka ia memutuskan untuk datang ke Indonesia agar bisa mengurus masalah franchisee tersebut.

Sesampainya di Indonesia, James melihat bahwa negara kita ini adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan peluang. Jadi ia memutuskan untuk tinggal agak lama di Indonesia untuk mencari tahu lebih banyak tentang negara ini.

Akhirnya, ia menjual saham sekolah komputernya dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Ia kemudian mulai menawarkan konsultasi dan membuat workshop tentang customer servicedan semacamnya.

Keputusannya untuk menjual saham itu tentu adalah sebuah risiko. Sudah hidup enak, tapi mau melepas apa yang ia miliki untuk memulai dari awal.

Di Indonesia, pada awalnya James memang hanya menawarkan konsultasi untuk karyawan saja tapi kemudian ia memperluasnya dengan membuka workshop untuk publik.

Workshopnya yang pertama tidak langsung sukses, malah hanya dihadiri oleh 15-20 orang saja karena di awal tahun 90an seminar dan workshop semacam itu belum begitu populer. Karena itu, James Gwee menjadi salah satu pionir untuk seminar / workshop sejenis.

Seiring waktu berlalu, tak heran James mendapat gelar “Indonesia’s Favorite Trainer” karena ia selalu menyampaikan tips-tips yang praktis dan mudah dipahami di setiap seminarnya. Selain itu, gaya bahasanya yang ‘campuran’ antara Indonesia dan Inggris, serta penyampaiannya yang humoris dan penuh energi pun mampu memotivasi dan memikat masyarakat Indonesia.

seminar james gwee seminar james gwee
Seminar "The Sales Hunter" James Gwee, Bergaya ala Indiana Jones
Selain di Indonesia, James bahkan telah melakukan seminar di perusahaan dan organisasi di berbagai negara seperti berbicara untuk 800 direktur top di India, memotivasi 1200 agen asuransi di Afrika Selatan, juga negara lain seperti Rusia dan Ukraina.

Melalui Seminarnya, James Gwee dan lembaga yang dimpimpinnya (Academia Education & Training) juga telah berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI)pada tanggal 24 November 2009 sebagai pemrakarsa dan pembicara seminar umum yang tematik dengan variasi terbanyak, 8 variasi tematik dalam waktu 1 tahun.

Rekor SeminarMemecahkan Rekor MURI

Selain seminar, James Gwee juga telah menulis buku dan membuat program CD audio dan video tentang penjualan, kesuksesan bisnis, bagaimana menjadi manajer dan supervisor sukses, dan juga manajemen waktu.

Bagaimana, apakah Anda ingin menghadiri seminar James Gwee di Jakarta untuk lebih sukses di tahun 2011 nanti? Silakan lihat informasi lebih lanjut di situs resmi James Gwee.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Singapura Negara Asia Tenggara

Singapura
Negara sekaligus kota ini memang luar biasa. Meski hanya memiliki wilayah dan sumber daya alam yang terbatas, namun Singapura bisa menjadi salah satu kisah sukses terbesar dari Asia Tenggara.

Anda tentu pernah mendengar nama Adam Khoo,seorang pengusaha, pembicara, penulis, dan motivator muda terkenal yang kisahnya telah menginspirasi banyak orang, tidak hanya di Singapura, namun sampai ke Indonesia. Adam Khoo juga pernah mengunjungi Indonesia untuk berbagi tips dan trik pada pelajar di Indonesia tentang bagaimana ia dahulu bisa sukses sebagai seorang pelajar, padahal ia pernah dicap sebagai orang bodoh.

Selain Adam Khoo, bagi Anda yang menekuni bidang bisnis internet atau internet marketing, pasti mengenal nama Ewen Chia, Stuart Tan, atau Alvin Phang. Mereka adalah sebagian dari para internet marketer sukses, yang reputasinya di dunia internet marketing memang sudah tidak diragukan lagi.

Mereka adalah “produk” dari Singapura, negara terkecil di Asia Tenggara yang juga sekaligus negara terkaya ke lima di seluruh dunia, berdasarkan GDP (PPP) per capita. Selain itu, kota Singapura juga merupakan kota ke sepuluh yang paling mahal di dunia, berdasarkan penilaian dari Economist Intelligence Unit tahun 2009.

Negara ini dahulunya adalah bagian dari koloni Kerajaan Sriwijaya yang ada di Indonesia. Namun, sekarang negara ini telah maju pesat, dan bahkan dapat melebihi negara kita yang dahulu pernah mendudukinya.

Cerita dari perkembangan negara Singapura adalah salah satu kisah sukses paling inspiratif tentang mengubah kegagalan menjadi batu loncatan, seperti yang pernah tertulis dalam buku John Maxwell, berjudul Failing Forward. Mengapa failing forward? Sebab, Singapura mengalami perjuangan yang sangat berat ketika baru mencoba merdeka. Mereka mengalamikegagalan dan keterpurukan, namun akhirnya bisa bangkit kembali.

Setelah sekian lama dijajah negara lain, Singapura akhirnya bisa merdeka di tahun 1965. Namun, masalah tidak selesai begitu saja. Ketika kemerdekaannya diumumkan, Singapura mengalami kesulitan untuk bisa berdiri menjadi sebuah negara yang mandiri. Betapa tidak: jumlah pengangguran membludak, juga timbulnya kekurangan sumber daya alam dan perumahan bagi penduduk.

Bayangkan, sebuah negara kecil yang waktu itu hanya berpenduduk ± 2 juta jiwa bermimpi untuk menjadi negara besar yang keberadaannya diakui dunia. Bahkan, Kishrore Mahbubani pernah menuliskan dalam salah satu artikelnya bahwa:

“Ketika Singapura merdeka, para pemimpin di sana justru menangis, bukannya bergembira.”

Ya, ini akibat saking besarnya harapan mereka untuk menjadi negara mandiri di tengah kondisi yang sangat sulit.

Kenyataannya, Singapura sekarang bisa menjadi salah satu Macan Asia, mengalahkan negara kita yang luas daerah dan jumlah penduduknya berkali-kali lipat lebih banyak dari negara tersebut.

Hebatnya lagi, 5% rumah tangga paling miskin di Singapura ternyata mempunyai tingkat kepemilikan rumah, televisi, kulkas, mesin cuci, telepon, dan video recorder yang sama dengan rata-rata nasional. Inilah salah satu sebab, mengapa Singapura juga termasuk negara yang memiliki tingkat kejahatan terendah di dunia.

Negara ini memang bukanlah negara yang sempurna. Negara kita juga tidak selalu kalah dengan Singapura. Namun, kisah suksesnya dalam “mengubah kegagalan menjadi batu loncatan” pantas kita tiru dan terapkan, baik sebagai individu atau sebagai negara.

Singapura yang dalam serba kekurangan saja bisa menjadi kisah sukses yang banyak dibicarakan dari Asia Tenggara. Ini sama halnya seperti kita, yang walaupun kondisi kita serba kekurangan, harus bisa melihat kelebihan di balik kekurangan tersebut, dan mengubahnya menjadi sebuah batu loncatan.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Muhammad Yunus, Intelektual Muslim Penyelamat Kaum Tak Mampu

Muhammad Yunus, Intelektual Muslim Penyelamat Kaum Tak MampuMuhammad Yunus adalah seorang ekonom dan bankir yang lahir pada tanggal 28 Juni 1940 di Bangladesh. Ia memang lahir di negara miskin, tapi semangatnya untuk maju dan dedikasinya untuk menolong kaum tak mampu patut diacungi jempol.

Saat masih muda, Yunus termasuk siswa yang berprestasi, dan ia juga termasuk aktif dalam bidang kepramukaan, sehingga ia bisa berkunjung ke Kanada untuk mengikuti Jambore di tahun 1955. Dua tahun kemudian, Yunus mempelajari ekonomi di Dhaka University, dan akhirnya berhasil mendapat gelar BA (Bachelor of Arts) di tahun 1960 dan MA (Master of Arts) di tahun 1961.

Setelah itu, keinginannya untuk belajar tak berhenti begitu saja. Di tahun 1965, Yunus mendapat beasiswa untuk belajar ke Amerika Serikat di Vanderbilt University, di mana ia kemudian berhail mendapat gelar Ph.D dalam bidang ekonomi enam tahun kemudian.

Saat Yunus kembali ke Bangladesh, ia mengunjungi sebuah desa miskin bernama Jobra, dan di sana ia melihat bahwa sebuah pinjaman kecil bisa berdampak besar pada orang-orang yang sedang berdagang di sana.

Yunus kemudian berkomitmen untuk membantu orang-orang miskin yang ingin berbisnis, namun terhalang masalah modal karena bank tak mau memberi pinjaman karena risikonya tinggi.

Pada bulan Desember tahun 1976, ia berhasil memberi pinjaman pada orang-orang di Desa Jobra dari Janata Bank. Setelah membentuk Grameen Project di tahun 1977 dari bantuan Janata Bank, akhirnya di bulan Oktober 1983, Yunus menetapkan berdirinya Grameen Bank sebagai suatu bank independen yang konsisten untuk memberi kredit mikro pada orang yang membutuhkan.

Dengan Grameen Bank-nya, Muhammad Yunus berhasil menyelamatkan 7.5 juta rakyat Bangladesh dari kemiskinan. Namun, Yunus tak hanya ingin mengubah negaranya sendiri, tapi ia juga ingin mengubah siapapun yang membutuhkan bantuan, di manapun mereka berada. Karena itulah, Grameen America didirikan di New York, Amerika Serikat di tahun 2007.

Usaha-usaha Muhammad Yunus untuk mengubah dunia pun mendapat tanggapan positif dari tokoh-tokoh dunia. Bahkan, mantan presiden Amerika, Bill Clinton, memberi gagasan agar Yunus mendapat hadiah Nobel. Ternyata, gagasan tersebut menjadi kenyataan ketika Yunus mendapat Nobel Peace Prize di tahun 2006. Sama seperti Sam Walton, Muhammad Yunus pun berhasil mendapat Medal of Freedom atas usahanya membuat perubahan positif pada dunia. Medali tersebut disematkan padanya oleh Presiden Barack Obama di Gedung Putih, bersama-sama dengan 15 orang “agents of change” lainnya.

Memang masih banyak penghargaan-penghargaan lain yang diterima Muhammad Yunus, tapi menurut saya penghargaan yang paling unik adalah ditetapkannya “Muhammad Yunus Day’' (Hari Muhammad Yunus) pada setiap 14 Januari oleh gubernur Texas.

Muhammad Yunus juga telah menulis beberapa buku, di antaranya adalah “A World Without Poverty”, yang telah diterjemahkan di Indonesia menjadi “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan”.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Kala Gus Mus Pergi Ke Jerman...

UniHHHauptgebaeude
Ilustrasi - Gedung Utama University of Hamburg

K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus menceritakan pengalamannya saat diundang ke Jerman. Pelajaran dan motivasi apa yang bisa kita ambil dari cerita ini?

Berikut cerita dari Gus Mus yang merupakan bagian dari ceramahnya di sini:


Catatan: bagian dalam kurung "( )" adalah tambahan dari saya.


….


Saya sudah pernah ke Eropa.

Dan ini suatu takdir semata-mata, karena kalau dibayangkan saya itu hanya mondok thok (saja). Betul-betul santri kendhilen. Saya nyantri itu di Lirboyo, yang pada waktu itu masih sangat, sangat kolot.

Baca koran saja ndak boleh, baca majalah ndak boleh, ndelok bal-balan(lihat sepak bola) gak oleh (tidak boleh). Celananan (pakai celana) ndak boleh. Sekarang Gus Idris dasinan barang (pakai dasi juga).

Saya ndak pernah sekolah formal. Saya hanya di pondok Lirboyo, pondok Krapyak, dan pondoknya ayah saya sendiri. Sudah ndak pernah sekolah, betul-betul santri kendhilen.
Kok saya tiba-tiba diundang ke Jerman?

Mungkin orang sana yang gila.

Saya di sana itu hanya disuruh baca syair. Itu kan gila.

Jauh-jauh diongkosi, kok dikon moco (disuruh baca) syair. Ya saya meskipun ndak ngerti cara Jerman ya mau, baca syair gitu aja bisa lihat Eropa.

Ketika saya mau berangkat ke Eropa, saya itu gundah sekali. Pikiran saya gundah.

Pada waktu itu Romadhon, puasa-puasa kok mau pergi ke negaranya orang kafir ini gimana...

Nanti sembahyang saya bagaimana, puasa saya bagaimana.

Tahu-tahu begitu saya turun di Frankfurt, kemudian saya dijemput menuju ke Hamburg – saya diundang di Universitas Hamburg – di sana ada pusat studi bahasa Asia Pasifik dan bahasa Indonesia.

Saya melihat tercengang sekali.

Negara yang saya bayangkan negara kafir, itu ternyata ajaran Rasulullah saw berjalan dengan tertib di sana. Bersih!

Jalan bersih seperti dipel terus setiap hari.

Jalan, sampah ndak ada. Bersih sekali.

Padahal ndak ada tulisan satupun anna dzofatul minal iimaan, ndak ada. Di sini itu, setiap pasar ada tulisan anna dzofatul minal iimaan, masih diterjemahkan bahasa Indonesia bahwa kebersihan itu adalah bagian dari iman. Itu sampahnya, masya Allah, kayak gunung.

Disiplinnya.

Padahal mereka nggak shalat.

Kalau orang Islam disiplin sudah pantes karena dia disiplin diajari mulai 7 tahun sudah shalat. Tet...subuh shalat subuh....tet, dzuhur shalat dzuhur....tet, ashar sholat ashar.

Mereka itu disiplinnya luar biasa.

Jam setengah 12 malam, sepi jalan perempatan itu. Saya mau nyabrang itu tidak ada mobil lewat. Saya mau nyebrang itu, saya lihat kok banyak orang di sini pada berdiri ndak nyebrang.

Kenapa orang-orang ndak pada nyebrang?

Ternyata di sana ada gambar orang berdiri merah, artinya orang nyebrang ndak boleh. Nanti kalau sudah hijau, baru boleh. Tapi pikir saya, lha wong sepinya kayak gini kok. Saya sudah ingin mlayu (lari) saja.

Nggak sabar...dingin waktu itu. Dinginnya begini kok berdiri di trotoar nggak nyabrang-nyabrang hanya nunggu hijaunya gambar orang di sana.

Saya sudah mau lari saja, karena kebiasaan di Indonesia kan ndak urusan. Ada mobil banyak saja nyabrang apa lagi ndak ada mobil.

Tapi saya malu.

Malu tidak pada orang, tapi pada anjingnya orang kafir. Ada anjing itu begini saja, juga nggak mau jalan. Begitu hijau, anjingnya lari.

Saya mikir masak saya kalah sama anjingnya orang kafir?

(jama'ah tertawa)

Bagaimana amanahnya, kalau mengatakan jam 7, mereka jam 7.

Ketika saya dari Jerman mau ke Perancis, PJKA-nya sana sudah janji jam 6 persis. Saya datang ke stasiun jam 6 satu menit, kepancal saya (ketinggalan). Kereta sudah jalan....hanya satu menit.

Kalau di sini, sudah diumumkan di loudspeaker, “para penumpang harap lekas naik, kereta akan segera berangkat, para pengantar harap lekas turun”, itu buuunyii terus sampai satu jam nggak jalan-jalan keretanya.

Penghormatannya terhadap hukum, jangankan nabrak orang. Nabrak pohon saja orang kena tilang. Dia harus mengganti, keparahan pohon ini tertabrak mobil sampai seberapa.

Penghargaan terhadap manusia, luar biasa. Sopan santunnya.

Saya di Frankfurt itu saya anggap di sini saja. Begitu turun, saya naik pesawat sekian lamanya kecuten karena di pesawat ndak boleh merokok. Turun langsung saya ngerokok.

Petugas datang itu dengan sopan sekali.

“Maaf, Anda merokok ya? Mari saya antarkan ke tempat merokok.”

Saya terus diajak, (tempat) kayak toples gitu, sendirian ngerokok.

Saya lalu berpikir, ini nanti yang masuk surga itu siapa?

(jama'ah tertawa)

Apa yang shalat terus, tapi tidak mengikuti ajaran Rasulullah, atau yang melakukan ajaran Rasulullah tetapi tidak shalat seperti mereka ini.

Ini akibat “diiris-irisnya”: ini agama, ini tidak...

Akhirnya kita anggap urusan disiplin, urusan ndonyo (dunia). Urusan kebersihan, karena ndak ada nahwu shorof-nya (tata bahasa Arab),ndonyo.

Soal penghargaan kepada manusia, urusan ndonyo. Soal kebangsaan,ndonyo.


(Catatan pribadi: shalat tetap wajib bagi yang muslim lho ya...) 

Untuk ceramah lengkapnya, silakan dilihat di YouTube :-) 
Continue Reading...

KAMPUS

IT