SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Monday, December 28, 2015

Kisah Inspirasi - Andrew Carnegie, Imigran yang Sukses Meraih "the American Dream"


Andrew Carnegie dilahirkan di Dunfermline, Skotlandia, pada tanggal 25 November 1835. Ia lahir dari pasangan William dan Margaret Carnegie, yang bedasal dari sebuah keluarga miskin yang tinggal di rumah seadanya.

Ayah Andrew, William Carnegie, menamainya sama dengan nama sang kakek, yaitu Andrew Carnegie. Ternyata, bukan hanya nama saja yang sama, namun Andrew juga mewarisi sikap sang kakek yangoptimis dan penuh semangat.

Di Skotlandia, karena keadaan tidak menjadi lebih baik hari demi hari, William Carnegie dan keluarga pun akhirnya melakukan imigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1848. Mereka ingin mengejar “the American Dream”, seperti yang banyak orang lakukan.

Namun, keinginan mereka untuk pindah ke Amerika bukannya tanpa kesulitan; karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk pergi ke sana. Akhirnya, keluarga Carnegie memutuskan untuk meminjam uang agar bisa mendapatkan hidup yang lebih baik.

Sesampainya di Amerika, keluarga Carnegie mencari pekerjaan agar bisa terus hidup. Di usia 13 tahun, Andrew bekerja di sebuah pabrik kapas, dan dibayar $1.25 per minggunya. Ayahnya juga bekerja di pabrik kapas, tapi kemudian berganti pekerjaan dengan merajut linen.

Pada tahun 1853, Andrew bekerja untuk Thomas A. Scott di Pennsylvania Railroad Company sebagai sekretaris/operator telegraf. Pertemuannya dengan Scott ternyata membawa kemajuan, setelah pada tahun 1855 ia dibantu untuk menginvestasikan $500 di sebuah firma yang sukses bernama Adams Express.

Dari investasinya itu, hasilnya ia gunakan kembali untuk membeli sebagian dari Pullman Company, dan kemudian ia meneruskannya dengan investasi di bidang yang berkaitan dengan rel kereta, seperti besi dan baja. Dari sanalah ia kemudian mendapatkan modal yang cukup untuk sukses melanjutkan usahanya.

Andrew Carnegie memang selalu mendorong pekerja pabriknya untuk bekerja keras siang dan malam, namun ia tidak lupa untuk membantu meringankan beban masyarakat. Ketika ia meninggal di tahun 1919, ia telah menyumbangkan uang dengan total US $350,695,653 untuk kepentingan umum.

Ini semua dilakukannya karena ia percaya bahwa orang-orang kaya haruslah ikut serta dalam mensejahterakan masyarakat, dan ia percaya bahwa orang kaya tak pantas meninggal dalam keadaan kaya, apa lagi dengan turut serta mengubur harta bendanya.

Lantas, sikap apakah yang bisa membuatnya menjadi seorang entrepreneur sukses dan berpengaruh di seluruh dunia? 

Di sebuah situs milik Evan Carmichael, seorang entrepreneur dan pembicara internasional, ada 5 pelajaran tak ternilai yang bisa kita ambil dari Andrew Carnegie. Lima pelajaran tersebut telah dijelaskan dengan baik oleh Evan, namun di sini telah saya akan menyampaikan ulang, dengan penambahan dan pengurangan.

Pelajaran #1: Melebihi Harapan

Andrew Carnegie tidak suka melaksanakan pekerjaan sesuai yang diminta. Ia mengatakan bahwa ia selalu berusaha untuk melebihi harapan dirinya sendiri atau orang lain.

Lebih lanjut, Carnegie juga mengatakan …

“Jangan berpikir bahwa seseorang telah benar-benar melakukan tugasnya ketika ia sudah melaksanakan pekerjaan yang diminta,”
Prinsip seperti ini diterapkan oleh Andrew Carnegie, baik ketika ia masih bekerja pada orang lain maupun ketika ia sudah memimpin perusahaannya sendiri. Dengan mempraktikkan prinsip seperti ini, Andrew Carnegie percaya bahwa orang sudah membuka satu kunci kesuksesan.

Ketika masih bekerja di pabrik saat usianya masih belasan tahun, Carnegie mengatakan bahwa..

“Saya sudah bisa mendapatkan jutaan dolar, tapi rasa bahagianya tak bisa mengalahkan ketika saya mendapatkan bayaran mingguan pertama saya.”


Pelajaran #2: Investasi pada Diri Sendiri


Andrew Carnegie meyakini bahwa kekayaan materi atau fisik berasal dari pikiran. Oleh karena itu, ia selalu menjaga diri untuk terus bersikap positif, apapun keadaan di sekitarnya.

Salah satu kutipannya yang terkenal berbunyi…

“Ada sedikit kesuksesan di mana hanya ada sedikit tawa,”

Carnegie tahu bahwa sikap senang dan positif bisa membantunya meraih keberhasilan. Pikiran yang senang dan positif bisa berdampak pada kondisi fisik, sehingga berinvestasi pada diri sendiri, tepatnya pada pikiran, akan dapat membantu siapapun untuk bekerja dengan lebih baik.

Itulah sebabnya mengapa Carnegie tidak suka minum alkohol, karena alkohol dapat merusak pikiran dan konsentrasinya. Bahkan, bukan hanya anti alkohol, Carnegie juga adalah seseorang yang anti rokok. Ia tidak mempersoalkan masalah moral, namun ia percaya bahwa rapuhnya kondisi fisik akibat alkohol dan rokok dapat bedampak buruk pada kualitas kerjanya.

Jadi, Andrew Carnegie selalu menginvestasikan pada dirinya sendiri, yaitu pada kesehatannya, baik fisik maupun mental.

Selain itu, Andrew Carnegie juga suka membaca buku sejak ia masih muda. Saat ia bekerja, ia menyempatkan diri untuk membaca buku yang diperolehnya secara gratis dari perpustakaan Colonel Anderson.

“Kerja keras di siang hari dan bahkan pelayanan yang panjang di malam hari selalu diterangi dengan buku yang saya bawa dan saya baca di sela-sela tugas.”

Pelajaran #3: Fokus

Fokus sangatlah penting untuk diterapkan,  “Fokus Kunci Anda Menuju Sukses”.

Prinsip ini jugalah yang membuat Andrew Carnegie berhasil. Apa yang membuat Andrew Carnegie sukses adalah karena ia senantiasa fokus pada satu perusahaannya saja. Kalau menurut Robert Kiyosaki, pengarang Rich Dad Poor DadFocus berarti Follow One Course UntilSuccessful. Inilah tepatnya apa yang dilakukan oleh Andrew Carnegie.

“Orang yang sudah sukses adalah orang yang telah memilih satu jalan, dan terus fokus pada jalan itu”

Carnegie mengatakan bahwa ia tidak menyetujui ungkapan “Don’t put all your eggs in one basket.” (jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang). Ia mengatakan bahwa.

“Taruhlah telur dalam satu keranjang, dan awasi keranjang itu. Lihatlah di sekeliling Anda dan perhatikanlah bahwa orang yang melakukan hal tersebut jarang menemui kegagalan. Mengawasi dan membawa satu keranjang itu mudah. Mencoba membawa terlalu banyak keranjanglah yang memecahkan kebanyakan telur di negara ini. Orang yang membawa tiga keranjang harus meletakannya satu di atas kepala, di mana ia bisa lebih mudah terjatuh.”

Andrew Carnegie juga mengatakan bahwa kebanyakan pengusaha yang ia ketahui berinvestasi di perusahaan lain yang jauh, padahal tambang emas yang sesungguhnya berada di perusahaan mereka sendiri.

Pelajaran #4: Buat Sasaran yang Tinggi


Andrew Carnegie adalah pelopor perusahaan dengan omzet milyaran dollar AS. Pada saat ia meninggal, ia adalah orang terkaya setelah John D. Rockefeller.

Ia bisa mencapai itu semua karena ia selalu membuat sasaran tinggi. Ia adalah orang yang tidak takut untuk bermimpi besar.

Mengenai sasaran, Carnegie mengingatkan…

“Jangan buat kekayaan sebagai sasaran pertama, tapi buatlah kemanfaatan sebagai sasaran pertama.”

Carnegie tahu bahwa jika ia mengutamakan kemanfaatan, maka kekayaan akan mengikuti dengan sendirinya. Ia menetapkan sasaran untuk bisa memberi manfaat pada masyarakat dengan bisnisnya, baru kemudian kekayaan datang padanya.

Ketika masih bekerja sebagai buruh pabrik pun Carnegie selalu memiliki harapan dan sasaran yang tinggi. Ia mengatakan…

“Harapan saya saat itu tinggi, dan setiap harinya saya selalu menunggu datangnya perubahan”
Dalam autobiografinya, Andrew Carnegie mengungkapkan bahwa pada tahun 1850 lah ia mendapatkan “awal pertama untuk memulai hidup”. Sebelumnya ia hanya bekerja di tempat yang gelap dengan upah dua dolar seminggu, di mana tempatnya penuh dengan kotoran batu bara. Namun pada tahun 1850, ia merasa bahwa ia “terangkat ke surga”, karena ia sudah naik pangkat. Saat itu, ia tidak lagi bekerja di tempat yang kotor, namun ia mulai berurusan dengan surat kabar, pena, pensil, dan juga sinar matahari.

Perubahan demi perubahan seperti itu terus ia alami, dan ia berhasil melaluinya dengan baik karena ia selalu percaya bahwa..

“Saya merasa bahwa kaki saya berada di atas anak tangga, dan saya harus terus menaikinya”

Selain itu, perkataan Carnegie yang berbunyi:

“Tujuan besar tiap anak muda seharusnya adalah melakukan sesuatu melebihi kewajibannya – sesuatu yang menarik perhatian orang-orang yang berada di atasnya.”
Menunjukkan bahwa Ia memiliki sasaran yang tinggi, dan ini dilakukannya dengan bergaul bersama orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi daripada dirinya.

Memiliki sasaran yang tinggi sama halnya dengan berpikir besar. Namun, jangan pula berpikir yang tidak realistis. Semuanya perlu disertai dengan berpikir realistis. Tidak semuanya akan menjadi apa yang seperti kita harapkan. Jadi, berpikir besar, berpikir positif, dan juga jangan lupa untuk berpikir realistis.

Mengenai berpikir besar, Anda bisa merenungkan kembali kata Benjamin Disraeli: “Hidup terlalu singkat jika hanya digunakan berpikir kecil dan berbuat yang kecil-kecil.”; dan baca juga buku dari David J. Schwartz yang berjudul The Magic of Thinking Big.

Pelajaran #5: Berikan Kembali 


“Saya tak bisa membayangkan, apa yang bisa saya lakukan dengan uang sebanyak ini."


Pelajaran inilah yang mungkin paling banyak didapat orang dari Andrew Carnegie.

Di tahun 1889, Carnegie membuat sebuah artikel berjudul “Gospel of Wealth”, di mana ia menyatakan bahwa semua orang kaya wajib menggunakan kekayaan mereka untuk kesejahteraan masyarakat.

“Tak ada orang yang bisa memperkaya diri tanpa memperkaya orang lain,”

“Orang yang mati dalam keadaan kaya adalah aib.”

Antara tahun 1901-1915, Andrew Carnegie membagi-bagikan kekayaannya yang ia dapat dari hasil kerja kerasnya. Selain membuat perpustakaan umum di Amerika, ia juga membuat perpustakaan di negara lain seperti U.K., Kanada, Australia, New Zealand, dan Fiji. Tentu saja ia juga tidak lupa dengan negara Asalnya, Skotlandia, dengan memberi sumbangan dana pada anak-anak muda yang kesulitan biaya masuk universitas.

Sumbangan Carnegie itu terus saja mengalir, sampai akhir hayatnya.

Salah satu lembaga pendidikan gagasannya, Carnegie Institute of Technology, yang dahulunya ia dirikan dengan sumbangan sebesar $2 milyar dolar AS, kini telah menjadi bagian dari Carnegie Mellon University, yang juga merupakan tempat mengajar terakhir Randy Pausch, seorang professor Carnegie Mellon yang kemudian kisah inspiratifnya dibukukan dalam The Last Lecture.

Apa yang dilakukan Carnegie ini bukanlah tanpa alasan. Ia menyadari bahwa ia harus berbagi dengan sesama, dan ini juga sekaligus sebagai perwujudan rasa terima kasihnya pada masyarakat, karena tanpa masyarakat, ia tidak akan bisa sukses.

Meski apa yang dilakukan oleh Andrew Carnegie adalah ungkapan rasa terimakasih, memberi sebenarnya tidak perlu menunggu. Ada banyak orang yang mengatakan bahwa “Kalau saya sudah kaya, maka saya akan membangun masjid”, atau “Kalau saya sudah kaya, saya pasti akan memelihara anak yatim”. Padahal, memberi bisa dimulai dari yang terkecil, dilakukan sedikit demi sedikit, dan akhirnya terus bertambah besar seiring berjalannya waktu.

Ini bisa terjadi, karena Allah pasti memberi reward atas apa yang telah kita berikan. Jika tiap memberi kita mendapat reward, dan reward itu kita berikan lagi, mendapat reward lagi, lalu kita berikan lagi, dan seterusnya, maka hal yang sedikit yang telah kita berikan lama kelamaan bisa menjadi besar.

Carnegie pun begitu. Ketika belum menjadi orang kaya, ia memberikan layanan terbaik ketika ia masih menjadi pegawai. Karena dedikasi dan pemberiannya pada perusahaan, maka ia pun mendapat kenaikan upah, dan seterusnya sehingga ia bisa mendapat kesempatan bekerja sama dengan Thomas Scott, sampai akhirnya bisa memberikan hampir seluruh kekayaannya sebelum ia meninggal.

Sumbangan Andrew Carnegie yang begitu besar ini akhirnya membuat masyarakat Skotlandia mengabadikan sosoknya kedalam sebuah patung di tempat kelahirannya. Tidak hanya itu, di Amerika Serikat sendiri ada banyak hal yang mengandung nama Carnegie, mulai dari nama balai (Carnegie Hall di AS) sampai nama kaktus (Carnegiea). Wow.

Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Farrah Gray, Menjadi Milyarder di Usia 14 Tahun, dan Mendapat Gelar Doktor di Usia 21

Farrah GrayFarrah Gray adalah seorang anak yang berasal dari kalangan minoritas di Amerika, dan sekarang pun ia masih menjadi bagian dari kalangan minoritas. Bedanya, kalau dahulu Gray adalah seorang keturunan Afrika-Amerika miskin, yang merupakan minoritas di Amerika, maka sekarang ia telah menjelma menjadimilyarder muda, yang juga merupakan minoritas di dunia ini, karena ia telah menjadi bagian dari 1% penduduk dunia yang menguasai peredaran uang.

Perjalanan Gray menuju kesuksesan bisa dibilang begitu “instant”. Tapi, mungkin lebih tepat lagi kalau disebut “ngebut”, karena ia benar-benar mencapai impiannya dengan usahanya sendiri, dan tentunya dukungan dari keluarga dan rekan-rekannya. Gray ialah seorang anak muda yang begitu menginspirasi banyak orang.

Dahulu, pria kelahiran tahun 1984 ini tinggal bersama keluarganya di sebuah apartemen kelas bawah, yang toiletnya sering macet dan banyak dihuni kecoak. Rasa sayangnya terhadap keluarga membuatnya ingin memberi yang terbaik bagi mereka, seperti apa yang sering ia lihat di layar televisi.

Pikiran Farrah Gray yang sudah begitu berpandangan ke depan membuatnya berkeputusan untuk mencari uang dengan cara berjualan ketika berusia 6 tahun. Apa yang ia jual waktu itu pun cukup sederhana, yaitu batu yang ia lukis sendiri sebagai ganjalan pintu. Ia berjualan keliling dari rumah ke rumah, dan bahkan membuat kartu namanya sendiri. Di dalam kartu nama tersebut, ia menyebut dirinya sebagai “CEO Abad 21”.

Suatu saat, ia memberi kartu namanya pada seseorang yang bernama Roy Tauer. Tentu saja ia terkesan dengan kartu nama bertuliskan “CEO Abad 21” yang dimiliki oleh seorang anak yang berusia sekitar 8 tahunan waktu itu. Tauer kemudian melihat adanya ambisi entrepreneurship dalam diri Gray, sehingga ia mengajaknya mendirikan sebuah klub bisnis yang diberi nama U.N.E.E.C ( dibaca Unique, singkatan dari Urban Neighborhood Economic Enterprise Club). Klub itu sendiri adalah sebuah organisasi yang mendorong anak-anak muda menjadi pengusaha.

Perjalanan bisnis Farrah Gray terus saja mengalir, dan bahkan Gray berhasil memiliki kantor di Wall Street, sehingga ia menjadi orang termuda di sana!

Di usianya yang ke-11, Farrah Gray kemudian mendapat wawancaranya yang pertama di KVBC Channel 3. Tiga tahun kemudian, di usianya yang ke-14, Gray secara resmi berhasil menjadi seorang milyarder muda dari penjualan yang menembus $1.5 juta dolar dari perusahaan Farr-Out Food miliknya. Kerajaan bisnisnya bertambah lagi ketika ia mengakuisisi majalah Innercity di usia 19 tahun.

Berkat kiprah Farrah Gray dalam bidang bisnis dan juga kepemimpinan & integritasnya, ia mendapat gelar Doktor kehormatan dari Allen University. Buku-buku yang ditulisnya pun laris manis, dan buku yang melambungkan namanya yang berjudul Reallionaire telah dipuji berbagai kalangan, termasuk mantan presiden A.S. Bill Clinton serta pengarang Chicken Soup For The Soul, Jack Canfield dan Mark V. Hansen.

Dengan berbagai prestasinya yang luar biasa dan usianya yang masih muda itu, Gray tentunya masih memiliki banyak cita-cita. Gray mengatakan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk terus tumbuh, berkembang, dan memberi sumbangan atau kontribusi pada masyarakat. Jiwa sosialnya ini telah ia buktikan dengan berdirinya Farrah Gray Foundation, sebuah yayasan yang fokus pada pendidikan entrepreneurship bagi anak muda, di mana ia menyumbangkan honornya sebagai seorang pembicara.

Farrah Gray adalah seorang pemuda yang dinamis dan optimis, yang senantiasa percaya akan kata-kata neneknya yang berbunyi:

“'If better is possible, than good is just not enough.” – Jika kita bisa melakukan yang lebih baik, maka bagus saja belum cukup.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Warren Buffet, Tak Perlukah Sekolah Jika Ingin Kaya?


Kepopuleran orang-orang sukses secara finansial yang tidak pernah menyelesaikan sekolah telah memberi inspirasi dan motivasi bagi setiap orang yang ingin mencapai tujuan yang sama. Orang-orang sukses tersebut adalah bukti bahwa kaya secara finansial tak perlu diraih dengan tingkat pendidikan tinggi.

Sayangnya, fenomena ini sepertinya justru membuat sebagian orang mengabaikan pendidikan. Ini terjadi karena memang sistem pendidikan di sekolah atau universitas sering kali terlalu mementingkan otak kiri. Akhirnya, banyak para sarjana yang terlalu banyak menganalisa. Namun, apa yang dianalisa justru tentang bagaiman sebuah usaha akan gagal, daripada menganalisa bagaimana sebuah usaha akan sukses.

Tapi, faktanya orang-orang pandai secara akademis juga banyak yang sukses secara finansial. Mereka cuma tak begitu sering di-ekspos karena kisah orang tanpa pendidikan maupun orang miskin yang bisa menjadi kaya akan lebih populer dan meng-inspirasi.

Salah satu contoh orang yang pendidikan akademisnya bagus adalah orang terkaya di dunia saat ini, Warren Buffet.

Warren sendiri datang dari orang tua yang juga pengusaha dan investor, dan ia sudah mulai berbisnis sejak kecil, seperti menjual tutup botol dan mengantar koran. Bahkan, usahanya tersebut cukup membuatnya kaya, karena ia bisa mendapat ribuan dollar. Inilah yang membuat Warren malas meneruskan kuliah setelah lulus SMA.

Eits....tapi tunggu dulu!

Ayah Warren kemudian memaksanya untuk kuliah, dan Warren pun bersedia meneruskan pendidikan di Wharton Business School di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat. Pendidikan Warren pun tak berhenti di tengah jalan. Ia lalu meneruskan pendidikannya di Universitas Nebraska, dan mendapat gelar B.S (Bachelor of Science) pada tahun 1950.

Karena masih ingin memperdalam ilmu, Warren sempat mendaftar di universitas terkemuka di dunia, Harvard Business School. Namun, sayangnya ia ditolak karena terlalu muda (suatu alasan yang aneh). Tapi ia tak putus asa, dan kemudian mendaftar di Universitas Columbia. Di sana, ia adalah satu-satunya mahasiswa yang mendapat nilai A+ untuk kelas yang ditangani oleh Ben Graham (seorang investor terkemuka). Tahun 1951, Warren akhirnya mendapat gelar Master dalam bidang Ekonomi.

Karirnya kemudian berlanjut sampai sekarang, yang akhirnya menempatkan Warren sebagai orang terkaya seantero dunia. Namun, kekayaannya yang melimpah tak membuatnya terus hidup enak tanpa memikirkan orang lain. Tahun 2006 lalu, di usianya yang ke-76, Warren menyumbangkan 85% dari hartanya ke yayasan amal.

Warren adalah salah satu bukti nyata bahwa orang pintar bisa menjadi pengusaha sukses yang kaya secara finansial, bahkan bisa menjadi nomor satu di dunia. Jadi, sebaiknya janganlah mengabaikan pendidikan akademis. Apa yang penting adalah, jangan terlalu menomor satukan nilai atau Indeks Prestasi. Dalam salah satu seminar yang pernah saya hadiri, Andrie Wongso juga pernah mengatakan bahwa walau ia bisa sukses tanpa lulus SD, namun ia akan tetap menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin.

Jadi, bagaimana menurut Anda?
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Terjerumus Menjadi Pengusaha


Di saat banyak orang merasa jenuh akan pekerjaannya, orang-orang berikut ini bisa dibilang beruntung karena mereka bisa sukses menjadi pengusaha dari hal yang mereka cintai. Kisah perjalanan mereka menjadi pengusaha pun bisa dibilang ‘kebetulan’ saja, karena dulunya mereka tak berniat membisniskan hobby mereka.

Dari sebuah artikel di InformationWeek, tersebutlah para pengusaha di bidang teknologi dan informasi yang sukses menjadi pengusaha dari hal-hal yang mereka senangi.

1. Heather Armstrong

Dahulu, Heather adalah seorang wanita yang bekerja sebagai desainer web di sebuah perusahaan developer software. Di sela-sela pekerjaannya, Heather menulis hal-hal negatif tentang atasannya dalam blognya, Dooce. Suatu hari, atasannya tahu tentang blog tersebut, dan akhrinya Heather dipecat. Tapi, justru karena kisahnya yang dipecat karena ‘ngeblog’ itulah yang membuat Heather banyak dibicarakan. Ia kemudian meneruskan blognya dengan dibantu oleh suaminya. Sekarang, Dooce bisa mendapat iklan dari sumber-sumber seperti Federated Media dan Pheedo.

2. Kevin Rose

Dengan latar belakang IT dan broadcasting, Kevin Rose yang pernah bekerja di IBM ini sukses mengelola Digg. Setelah ia berhenti dari TechTV tahun 2004, ia lalu meluncurkan situs Digg-nya. Ia mengatakan bahwa Digg adalah sebuah proyek yang ia sukai, sehingga ia bersedia mengambil segala risiko yang ada. Hasilnya, sekarang Digg selalu dibanjiri pengunjung.

3. Mena Trott

Awalnya, Mena Grabowski Trott punya hobby membuat Movable Type sebagai software untuk blognya. Tahun 2001, Mena dan suaminya, Ben, kehilangan pekerjaan di sebuat firma desain web. Sebulan kemudian, pasangan suami istri tersebut meluncurkan Movable Type untuk public, yang sebelumnya hanya sebagai proyek pribadi. Berkat kekompakan dan kecintaan pasangan tersebut akan pekerjaannya, mereka sekarang bisa memiliki ratusan karyawan. Dari tak punya pekerjaan sampai mempekerjakan orang .

Tiga orang di atas hanyalah sedikit dari banyak orang yang berhasil meraih keberhasilan dengan menikmati pekerjaanya. Awalnya memang mereka tidak berniat berbisnis dari hobby, tapi karena kecintaan mereka pada bidangnya masing-masing tanpa fokus pada keuntungan, akhrinya justru hobby mereka lah yang menjadi sumber pundi-pundi dollar.

Masih banyak lagi orang lain yang juga berhasil seperti mereka. Untuk bisa seperti mereka, kita perlu memperlihatkan dedikasi kita akan bidang kita masing-masing. Cintailah pekerjaan, dan nikmatilah perjalanan hidup yang berliku ini.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Frank O'Dea: Mantan Gelandangan yang Nekad Berbisnis Kopi


Frank O'DeaNama Francis O’Dea, atau biasa dikenal dengan Frank O’Dea, mungkin kalah pamor dibanding dengan nama Howard Schultz. Keduanya memang sama-sama memiliki bisnis kedai kopi, namun nama Schultz sepertinya lebih melekat di kepala orang banyak sebagai pemilik jaringan kedai kopi Starbucks.

Tapi tentu saja itu bukan masalah. Meski kalah pamor dengan Howard Schultz, namun Frank O’Dea memiliki salah satu kisah sukses yang paling inspiratif di dunia ini.

Frank O’Dea adalah salah satu pendiri jaringan kedai kopi Second Cup asal Kanada. Tahukah Anda, bahwa sebelum ia meraih sukses seperti sekarang, Frank pernah menjadi pengemis di jalanan?

Ya..... Pada usia 20an, Frank pernah menjalani hidup sebagai seorang gelandangan yang hanya bisa mencari uang dari belas kasihan orang lain!

Mungkin pertanyaan yang muncul dalam benak Anda adalah, ” Bagaimana bisa ia menjadi gelandangan?”

Dalam sebuah wawancara, Frank menceritakan bahwa ketika masih remaja, ia memilik masalah ketergantungan dengan alkohol atau minuman keras. Ia sebenarnya dilahirkan di kalangan menengah, namun karena ketergantungannya itu, ia diusir dari rumah oleh ayahnya.

Ya, terang saja lah....ketika itu, Frank bahkan sampai nekad mencuri uang keluarganya sendiri demi memenuhi keinginannya akan barang haram itu.

Masa kelamnya ternyata tidak berhenti sampai di situ. Ketika masih belasan tahun, Frank bahkan pernah beberapa kali dilecehkan secara seksual, bahkan pelaku pelecehan seksual tersebut termasuk polisi dan pendeta!

Wah...betapa malang nasib Frank O’Dea kala itu....

Ketika diusir dari rumah, Frank masih berusia 20an, dan kala itu juga ia pernah menjalani profesi sebagai tenaga sales atau penjualan, sebelum akhirnya ia hidup menggelandang di jalanan kota Toronto, Kanada.

Namun, Frank menyadari bahwa jika ia terus terusan hidup seperti ini, maka ia bisa mati sebagai sampah masyarakat. Ia bisa menjadi seonggok mayat yang tak ada gunanya sama sekali bagi orang lain. Karena itu, ia memutuskan untuk bergabung dalam suatu kelompok pengembangan diri di Kanada, dan dari sanalah ia memulai proses perubahan dalam hidupnya.

Benar saja......Empat tahun kemudian, ia bersama mitranya, Tom Culligan, akhirnya bisa mendirikan outlet Second Cup mereka yang pertama di sebuah mall di kota Toronto. Apa yang mungkin mengejutkan Anda adalah, mereka sama sekali tidak melakukan riset pasar; padahal kala itu penjualan kopi terus menurun. Tapi, mereka akhirnya bisa mengembangkan bisnis kedai kopi mereka hingga ke 11 negara.

Dalam menjalani berbagai pengalaman pahit dalam hidupnya, Frank O’Dear telah ”diselamatkan oleh kopi”, seperti halnya judul sebuah artikel di sebuat situs Canada.com yang menyebutkan,”Coffee Saved His Life”. Ya, kopi telah menyelamatkan Frank dari kehidupan jalanan yang keras, bahkan bisa membuatnya menjadi orang sukses.

Sayangnya, Frank dan rekannya tak bisa lagi bekerja sama di Second Cup. Saat ini, Frank O’Dea adalah CEO dari Arxx Building Products Inc.

Tapi, apa yang sebenarnya bisa membuat Frank sukses adalah filosofinya. Ia memiliki slogan dalam hidup, yaitu:

”Hope, Vision, Action.” – Harapan, Visi, Tindakan

Pada saat Frank masih meminta belas kasihan di jalan, ia tahu bahwa ia masih memiliki harapan. Dengan harapan tersebut, ia kemudian membuat suatu visi tentang masa depannya, dan setelah itu ia bertindak untuk mewujudkan impiannya.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Liz Murray, dari Jalanan sampai Kuliah di Harvard

Ini bukan sinetrLiz Murray, dari Jalanan sampai Kuliah di Harvardon atau film. Ini adalah sebuah cerita sukses yang telah menginspirasi banyak orang dalam menghadapi kehidupan.

Cerita ini datangnya dari Elizabeth (Liz) Murray.

Liz Murray dahulu hanyalah seorang wanita muda yang hidup di jalanan kota New York, kota megapolitan di Amerika Serikat yang terkenal dengan tingkat kriminalitasnya yang tinggi.

Namun siapa sangka, ternyata ia bisa lulus dari Harvard University, tampil di Oprah Winfrey Show, dan kisahnya menjadi sebuah film televisi yang memenangkan penghargaan.

Kisah Liz Murray ini hampir sama dengan Frank O’dea, mantan tuna wisma yang kini menjadi pengusaha bisnis kedai kopi di Kanada.

Bedanya, Liz menjadi tuna wisma karena memiliki orang tua yang kecanduan obat-obatan, sementara Frank karena dirinya sendiri yang kecanduan minuman keras. Keduanya menggunakan kisah luar biasa mereka untuk menginspirasi orang lain.

Liz Murray sendiri saat ini memang menjadi seorang pembicara motivasi, tapi siapa sangka kalau dahulunya ia sering mencuri buku-buku pengembangan diri seperti milik Tony Robbins dan Stephen Covey?

Ya, itu memang benar-benar terjadi, sampai akhirnya Liz bisa bertemu langsung dengan Stephen Covey.

Wanita yang lahir tahun 1980 ini kehilangan ibunya di tahun 1996 karena HIV/AIDS. Setelah itu, ia pun tak memiliki tempat tinggal lagi, dan ayahnya pindah ke tempat penampungan tuna wisma.

Kejadian tersebut justru membuat Liz semakin ingin mengubah hidupnya. Meski tak memiliki tempat tinggal dan hidup di jalanan kota New York, Liz tetap berniat untuk bersekolah di SMA dan sekaligus menghidupi adiknya.

Liz bahkan bisa menyelesaikan SMA hanya dalam waktu dua tahun, dan mendapat beasiswa dariThe New York Times untuk melanjutkan kuliah di Harvard University, sebuah universitas terkemuka tempat orang-orang sukses pernah belajar, seperti Bill Gates (Microsoft) dan Conan O’brien (pembawa acara dan komedian).

Namun, pada tahun 2003, Liz memutuskan untuk keluar dari Harvard dan pindah ke Columbia University agar bisa lebih dekat dengan ayahnya. Ketika ayahnya meninggal karena HIV/AIDS, Liz pun kembali ke Harvard di tahun 2008, dan kerja kerasnya berbuah manis ketika di tahun 2009 ia berhasil meraih gelar dalam bidang psikologi.

Apakah yang membuatnya bisa mengalahkan semua kesulitan yang ia temui?

Komitmen.

Liz mengatakan dalam sebuah wawancara di Success Magazine bahwa:

"Sebelum saya mengalami perubahan ini, saya selalu memiliki ilusi yang saya sebut jika-begini-maka-begitu. Jika saya menemukan tempat yang tenang, maka saya akan belajar. Jika saya punya uang, maka saya akan sekolah. Kita hanya melakukan itu jika tak memiliki komitmen nyata untuk tujuan kita. Kita mengatakan, "Saya berkomitmen...kecuali.' Ada perbedaan besar antara hal tersebut dan komitmen mutlak. Komitmen mutlak berarti Anda akan bekerja di sebuah lorong."

Ya. Ketika masih sekolah, Liz memang belajar di lorong tempat tinggal temannya di Bronx. Ia menyebar buku-bukunya di sana, dan mulai belajar dalam keheningan.

Kisahnya yang begitu inspiratif akhirnya menarik media untuk mempublikasikannya, termasuk ratu talk show dunia, Oprah Winfrey. Film televisi berdasar kisah nyatanya pun telah dibuat di tahun 2003 dengan judul “Homeless to Harvard”, yang berhasil mendapat nominasi Emmy Awards, serta sebuah penghargaan dari American Cinema Editors.

“..ketika perubahan terjadi pada diri saya, saya bisa membuat perubahan pada hidup." – Liz Murray

Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Azim Premji, Profil Pengusaha Muslim Sukses dari India

Azim Premji, Pengusaha Muslim Sukses dari India
Dalam jajaran orang-orang terkaya di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 ini, empat dari posisi 10 teratas ditempati oleh orang-orang India. Sedang secara keseluruhan, India berhasil menempatkan 53 orang-orang kayanya dalam jajaran prestisius tersebut. Salah satu dari para pengusaha kaya itu adalah Azim Premji, yang tahun ini ”hanya” menempati posisi 60, setelah tahun sebelumnya menempati posisi 21.

Azim Premji adalah seorang pengusaha sukses yang pernah beberapa kali menduduki peringkat pertama orang terkaya di India. Ia juga pernah disebut-sebut oleh Wall Street Journal sebagai pengusaha muslim terkaya di dunia tahun 2007, mengalahkan para ”juragan minyak” dari Arab Saudi. Walaupun ada embel-embel ”muslim” dalam jajaran tersebut, Premji sendiri mengaku bahwa ia datang dari keluarga muslim yang sekuler.

Premji sendiri lebih senang melihat dirinya sebagai orang India daripada orang dari keyakinan tertentu. Ia juga tak pernah menggembar-gemborkan identitasnya sebagai seorang muslim, dan perusahaannya pun hanya mempekerjakan sedikit muslim. Bahkan ketika almarhum ayahnya diminta oleh M. Ali Jinnah untuk pindah ke Pakistan, sang ayah pun menolak karena ia tidak melihat satu alasan pun untuk pindah dari suatu negara ke negara lain hanya karena masalah agama.

Kesuksesan sang pengusaha muslim sekuler tersebut tak lain adalah karena langkah besarnya dalam mengubah perusahaan keluarga yang memproduksi minyak sayur menjadi salah satu perusahaan IT terbesar di India, Wipro Ltd (dahulu bernama West India Vegetable Products). Sarjana teknik mesin lulusan Stanford University ini percaya bahwa orang biasa mampu melakukan hal-hal luar biasa. Nampaknya itu adalah salah satu faktor yang menyebabkan dirinya bisa memimpin perusahaannya untuk mendapat berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.

Seperti halnya Bill Gates, Warren Buffet, dan orang-orang terkaya lain, kesuksesan Premji dalam berbisnis membuatnya tergerak untuk mendirikan suatu yayasan amal yang bergerak dalam bidang pendidikan. Tahun 2001 lalu, ia mendirikan Azim Premji Foundation yang bertujuan untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak di India. Dengan dasar bahwa masa depan anak-anak adalah masa depan negaranya, yayasannya tersebut kini telah membantu ribuan sekolah yang ada di negaranya tercinta itu.

Terlepas dari kesekuleran Azim Premji, ia bisa disebut sebagai salah satu ikon bagi para pengusaha muslim di dunia untuk bisa bersaing dalam bisnis. Nilai-nilai entrepreneurship yang telah ditanamkan oleh Nabi Muhammad S.A.W seharusnya bisa diterapkan oleh pengusaha-pengusaha muslim lain seperti Premji, agar nantinya bisa menjadi berkah dan rahmat bagi semua makhluk di bumi ini.



Terima Kasih Sudah Membaca . . .
Continue Reading...

Friday, December 25, 2015

Kisah Inspirasi - James Gwee Trainer Paling Favorit Indonesia

 

james gwee - seminar jakarta indonesia 2011
James Gwee dikenal sebagai salah satu pembicara top di Indonesia, meskipun ia lahir dan besar di Singapura. Seminar-seminarnya mampu memotivasi peserta yang hadir sekaligus meningkatkan performa mereka di bidangnya masing-masing.

"...Mr. James Gwee dapat membantu saya meningkatkan motivasi Jual bagi wiraniaga saya", kata salah seorang peserta seminar.

Lalu bagaimana James Gwee bisa menjadi pembicara favorit di Indonesia, padahal ia berkewarganegaraan Singapura?

James sebenarnya baru datang ke Indonesia pada tahun 1990.

Pada awalnya, James Gwee sebenarnya lulus dengan gelar di bidang IT di Singapura. Setelah itu, ia mendirikan sebuah sekolah / tempat kursus komputer bersama teman-temannya.

Dari sekolah inilah sebenarnya kemampuan public speaking-nya mulai berkembang. Selain mengikuti sebuah workshop tentang bagaimana berbicara di depan publik, hal yang berkontribusi banyak dalam kemampuan berbicaranya adalah ketika ia harus mengunjungi sekolah-sekolah untuk melakukan presentasi atau demo untuk sekolah komputernya.

Sekolah tersebut cukup sukses, sehingga membuatnya membuat sebuah franchise (waralaba) dan salah satu franchisee yang pertama ada di Indonesia. Nah, karena James satu-satunya orang yang bisa berbicara sedikit bahasa Melayu maka ia memutuskan untuk datang ke Indonesia agar bisa mengurus masalah franchisee tersebut.

Sesampainya di Indonesia, James melihat bahwa negara kita ini adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan peluang. Jadi ia memutuskan untuk tinggal agak lama di Indonesia untuk mencari tahu lebih banyak tentang negara ini.

Akhirnya, ia menjual saham sekolah komputernya dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Ia kemudian mulai menawarkan konsultasi dan membuat workshop tentang customer servicedan semacamnya.

Keputusannya untuk menjual saham itu tentu adalah sebuah risiko. Sudah hidup enak, tapi mau melepas apa yang ia miliki untuk memulai dari awal.

Di Indonesia, pada awalnya James memang hanya menawarkan konsultasi untuk karyawan saja tapi kemudian ia memperluasnya dengan membuka workshop untuk publik.

Workshopnya yang pertama tidak langsung sukses, malah hanya dihadiri oleh 15-20 orang saja karena di awal tahun 90an seminar dan workshop semacam itu belum begitu populer. Karena itu, James Gwee menjadi salah satu pionir untuk seminar / workshop sejenis.

Seiring waktu berlalu, tak heran James mendapat gelar “Indonesia’s Favorite Trainer” karena ia selalu menyampaikan tips-tips yang praktis dan mudah dipahami di setiap seminarnya. Selain itu, gaya bahasanya yang ‘campuran’ antara Indonesia dan Inggris, serta penyampaiannya yang humoris dan penuh energi pun mampu memotivasi dan memikat masyarakat Indonesia.

seminar james gwee seminar james gwee
Seminar "The Sales Hunter" James Gwee, Bergaya ala Indiana Jones
Selain di Indonesia, James bahkan telah melakukan seminar di perusahaan dan organisasi di berbagai negara seperti berbicara untuk 800 direktur top di India, memotivasi 1200 agen asuransi di Afrika Selatan, juga negara lain seperti Rusia dan Ukraina.

Melalui Seminarnya, James Gwee dan lembaga yang dimpimpinnya (Academia Education & Training) juga telah berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI)pada tanggal 24 November 2009 sebagai pemrakarsa dan pembicara seminar umum yang tematik dengan variasi terbanyak, 8 variasi tematik dalam waktu 1 tahun.

Rekor SeminarMemecahkan Rekor MURI

Selain seminar, James Gwee juga telah menulis buku dan membuat program CD audio dan video tentang penjualan, kesuksesan bisnis, bagaimana menjadi manajer dan supervisor sukses, dan juga manajemen waktu.

Bagaimana, apakah Anda ingin menghadiri seminar James Gwee di Jakarta untuk lebih sukses di tahun 2011 nanti? Silakan lihat informasi lebih lanjut di situs resmi James Gwee.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Singapura Negara Asia Tenggara

Singapura
Negara sekaligus kota ini memang luar biasa. Meski hanya memiliki wilayah dan sumber daya alam yang terbatas, namun Singapura bisa menjadi salah satu kisah sukses terbesar dari Asia Tenggara.

Anda tentu pernah mendengar nama Adam Khoo,seorang pengusaha, pembicara, penulis, dan motivator muda terkenal yang kisahnya telah menginspirasi banyak orang, tidak hanya di Singapura, namun sampai ke Indonesia. Adam Khoo juga pernah mengunjungi Indonesia untuk berbagi tips dan trik pada pelajar di Indonesia tentang bagaimana ia dahulu bisa sukses sebagai seorang pelajar, padahal ia pernah dicap sebagai orang bodoh.

Selain Adam Khoo, bagi Anda yang menekuni bidang bisnis internet atau internet marketing, pasti mengenal nama Ewen Chia, Stuart Tan, atau Alvin Phang. Mereka adalah sebagian dari para internet marketer sukses, yang reputasinya di dunia internet marketing memang sudah tidak diragukan lagi.

Mereka adalah “produk” dari Singapura, negara terkecil di Asia Tenggara yang juga sekaligus negara terkaya ke lima di seluruh dunia, berdasarkan GDP (PPP) per capita. Selain itu, kota Singapura juga merupakan kota ke sepuluh yang paling mahal di dunia, berdasarkan penilaian dari Economist Intelligence Unit tahun 2009.

Negara ini dahulunya adalah bagian dari koloni Kerajaan Sriwijaya yang ada di Indonesia. Namun, sekarang negara ini telah maju pesat, dan bahkan dapat melebihi negara kita yang dahulu pernah mendudukinya.

Cerita dari perkembangan negara Singapura adalah salah satu kisah sukses paling inspiratif tentang mengubah kegagalan menjadi batu loncatan, seperti yang pernah tertulis dalam buku John Maxwell, berjudul Failing Forward. Mengapa failing forward? Sebab, Singapura mengalami perjuangan yang sangat berat ketika baru mencoba merdeka. Mereka mengalamikegagalan dan keterpurukan, namun akhirnya bisa bangkit kembali.

Setelah sekian lama dijajah negara lain, Singapura akhirnya bisa merdeka di tahun 1965. Namun, masalah tidak selesai begitu saja. Ketika kemerdekaannya diumumkan, Singapura mengalami kesulitan untuk bisa berdiri menjadi sebuah negara yang mandiri. Betapa tidak: jumlah pengangguran membludak, juga timbulnya kekurangan sumber daya alam dan perumahan bagi penduduk.

Bayangkan, sebuah negara kecil yang waktu itu hanya berpenduduk ± 2 juta jiwa bermimpi untuk menjadi negara besar yang keberadaannya diakui dunia. Bahkan, Kishrore Mahbubani pernah menuliskan dalam salah satu artikelnya bahwa:

“Ketika Singapura merdeka, para pemimpin di sana justru menangis, bukannya bergembira.”

Ya, ini akibat saking besarnya harapan mereka untuk menjadi negara mandiri di tengah kondisi yang sangat sulit.

Kenyataannya, Singapura sekarang bisa menjadi salah satu Macan Asia, mengalahkan negara kita yang luas daerah dan jumlah penduduknya berkali-kali lipat lebih banyak dari negara tersebut.

Hebatnya lagi, 5% rumah tangga paling miskin di Singapura ternyata mempunyai tingkat kepemilikan rumah, televisi, kulkas, mesin cuci, telepon, dan video recorder yang sama dengan rata-rata nasional. Inilah salah satu sebab, mengapa Singapura juga termasuk negara yang memiliki tingkat kejahatan terendah di dunia.

Negara ini memang bukanlah negara yang sempurna. Negara kita juga tidak selalu kalah dengan Singapura. Namun, kisah suksesnya dalam “mengubah kegagalan menjadi batu loncatan” pantas kita tiru dan terapkan, baik sebagai individu atau sebagai negara.

Singapura yang dalam serba kekurangan saja bisa menjadi kisah sukses yang banyak dibicarakan dari Asia Tenggara. Ini sama halnya seperti kita, yang walaupun kondisi kita serba kekurangan, harus bisa melihat kelebihan di balik kekurangan tersebut, dan mengubahnya menjadi sebuah batu loncatan.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Muhammad Yunus, Intelektual Muslim Penyelamat Kaum Tak Mampu

Muhammad Yunus, Intelektual Muslim Penyelamat Kaum Tak MampuMuhammad Yunus adalah seorang ekonom dan bankir yang lahir pada tanggal 28 Juni 1940 di Bangladesh. Ia memang lahir di negara miskin, tapi semangatnya untuk maju dan dedikasinya untuk menolong kaum tak mampu patut diacungi jempol.

Saat masih muda, Yunus termasuk siswa yang berprestasi, dan ia juga termasuk aktif dalam bidang kepramukaan, sehingga ia bisa berkunjung ke Kanada untuk mengikuti Jambore di tahun 1955. Dua tahun kemudian, Yunus mempelajari ekonomi di Dhaka University, dan akhirnya berhasil mendapat gelar BA (Bachelor of Arts) di tahun 1960 dan MA (Master of Arts) di tahun 1961.

Setelah itu, keinginannya untuk belajar tak berhenti begitu saja. Di tahun 1965, Yunus mendapat beasiswa untuk belajar ke Amerika Serikat di Vanderbilt University, di mana ia kemudian berhail mendapat gelar Ph.D dalam bidang ekonomi enam tahun kemudian.

Saat Yunus kembali ke Bangladesh, ia mengunjungi sebuah desa miskin bernama Jobra, dan di sana ia melihat bahwa sebuah pinjaman kecil bisa berdampak besar pada orang-orang yang sedang berdagang di sana.

Yunus kemudian berkomitmen untuk membantu orang-orang miskin yang ingin berbisnis, namun terhalang masalah modal karena bank tak mau memberi pinjaman karena risikonya tinggi.

Pada bulan Desember tahun 1976, ia berhasil memberi pinjaman pada orang-orang di Desa Jobra dari Janata Bank. Setelah membentuk Grameen Project di tahun 1977 dari bantuan Janata Bank, akhirnya di bulan Oktober 1983, Yunus menetapkan berdirinya Grameen Bank sebagai suatu bank independen yang konsisten untuk memberi kredit mikro pada orang yang membutuhkan.

Dengan Grameen Bank-nya, Muhammad Yunus berhasil menyelamatkan 7.5 juta rakyat Bangladesh dari kemiskinan. Namun, Yunus tak hanya ingin mengubah negaranya sendiri, tapi ia juga ingin mengubah siapapun yang membutuhkan bantuan, di manapun mereka berada. Karena itulah, Grameen America didirikan di New York, Amerika Serikat di tahun 2007.

Usaha-usaha Muhammad Yunus untuk mengubah dunia pun mendapat tanggapan positif dari tokoh-tokoh dunia. Bahkan, mantan presiden Amerika, Bill Clinton, memberi gagasan agar Yunus mendapat hadiah Nobel. Ternyata, gagasan tersebut menjadi kenyataan ketika Yunus mendapat Nobel Peace Prize di tahun 2006. Sama seperti Sam Walton, Muhammad Yunus pun berhasil mendapat Medal of Freedom atas usahanya membuat perubahan positif pada dunia. Medali tersebut disematkan padanya oleh Presiden Barack Obama di Gedung Putih, bersama-sama dengan 15 orang “agents of change” lainnya.

Memang masih banyak penghargaan-penghargaan lain yang diterima Muhammad Yunus, tapi menurut saya penghargaan yang paling unik adalah ditetapkannya “Muhammad Yunus Day’' (Hari Muhammad Yunus) pada setiap 14 Januari oleh gubernur Texas.

Muhammad Yunus juga telah menulis beberapa buku, di antaranya adalah “A World Without Poverty”, yang telah diterjemahkan di Indonesia menjadi “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan”.
Continue Reading...

Kisah Inspirasi - Kala Gus Mus Pergi Ke Jerman...

UniHHHauptgebaeude
Ilustrasi - Gedung Utama University of Hamburg

K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus menceritakan pengalamannya saat diundang ke Jerman. Pelajaran dan motivasi apa yang bisa kita ambil dari cerita ini?

Berikut cerita dari Gus Mus yang merupakan bagian dari ceramahnya di sini:


Catatan: bagian dalam kurung "( )" adalah tambahan dari saya.


….


Saya sudah pernah ke Eropa.

Dan ini suatu takdir semata-mata, karena kalau dibayangkan saya itu hanya mondok thok (saja). Betul-betul santri kendhilen. Saya nyantri itu di Lirboyo, yang pada waktu itu masih sangat, sangat kolot.

Baca koran saja ndak boleh, baca majalah ndak boleh, ndelok bal-balan(lihat sepak bola) gak oleh (tidak boleh). Celananan (pakai celana) ndak boleh. Sekarang Gus Idris dasinan barang (pakai dasi juga).

Saya ndak pernah sekolah formal. Saya hanya di pondok Lirboyo, pondok Krapyak, dan pondoknya ayah saya sendiri. Sudah ndak pernah sekolah, betul-betul santri kendhilen.
Kok saya tiba-tiba diundang ke Jerman?

Mungkin orang sana yang gila.

Saya di sana itu hanya disuruh baca syair. Itu kan gila.

Jauh-jauh diongkosi, kok dikon moco (disuruh baca) syair. Ya saya meskipun ndak ngerti cara Jerman ya mau, baca syair gitu aja bisa lihat Eropa.

Ketika saya mau berangkat ke Eropa, saya itu gundah sekali. Pikiran saya gundah.

Pada waktu itu Romadhon, puasa-puasa kok mau pergi ke negaranya orang kafir ini gimana...

Nanti sembahyang saya bagaimana, puasa saya bagaimana.

Tahu-tahu begitu saya turun di Frankfurt, kemudian saya dijemput menuju ke Hamburg – saya diundang di Universitas Hamburg – di sana ada pusat studi bahasa Asia Pasifik dan bahasa Indonesia.

Saya melihat tercengang sekali.

Negara yang saya bayangkan negara kafir, itu ternyata ajaran Rasulullah saw berjalan dengan tertib di sana. Bersih!

Jalan bersih seperti dipel terus setiap hari.

Jalan, sampah ndak ada. Bersih sekali.

Padahal ndak ada tulisan satupun anna dzofatul minal iimaan, ndak ada. Di sini itu, setiap pasar ada tulisan anna dzofatul minal iimaan, masih diterjemahkan bahasa Indonesia bahwa kebersihan itu adalah bagian dari iman. Itu sampahnya, masya Allah, kayak gunung.

Disiplinnya.

Padahal mereka nggak shalat.

Kalau orang Islam disiplin sudah pantes karena dia disiplin diajari mulai 7 tahun sudah shalat. Tet...subuh shalat subuh....tet, dzuhur shalat dzuhur....tet, ashar sholat ashar.

Mereka itu disiplinnya luar biasa.

Jam setengah 12 malam, sepi jalan perempatan itu. Saya mau nyabrang itu tidak ada mobil lewat. Saya mau nyebrang itu, saya lihat kok banyak orang di sini pada berdiri ndak nyebrang.

Kenapa orang-orang ndak pada nyebrang?

Ternyata di sana ada gambar orang berdiri merah, artinya orang nyebrang ndak boleh. Nanti kalau sudah hijau, baru boleh. Tapi pikir saya, lha wong sepinya kayak gini kok. Saya sudah ingin mlayu (lari) saja.

Nggak sabar...dingin waktu itu. Dinginnya begini kok berdiri di trotoar nggak nyabrang-nyabrang hanya nunggu hijaunya gambar orang di sana.

Saya sudah mau lari saja, karena kebiasaan di Indonesia kan ndak urusan. Ada mobil banyak saja nyabrang apa lagi ndak ada mobil.

Tapi saya malu.

Malu tidak pada orang, tapi pada anjingnya orang kafir. Ada anjing itu begini saja, juga nggak mau jalan. Begitu hijau, anjingnya lari.

Saya mikir masak saya kalah sama anjingnya orang kafir?

(jama'ah tertawa)

Bagaimana amanahnya, kalau mengatakan jam 7, mereka jam 7.

Ketika saya dari Jerman mau ke Perancis, PJKA-nya sana sudah janji jam 6 persis. Saya datang ke stasiun jam 6 satu menit, kepancal saya (ketinggalan). Kereta sudah jalan....hanya satu menit.

Kalau di sini, sudah diumumkan di loudspeaker, “para penumpang harap lekas naik, kereta akan segera berangkat, para pengantar harap lekas turun”, itu buuunyii terus sampai satu jam nggak jalan-jalan keretanya.

Penghormatannya terhadap hukum, jangankan nabrak orang. Nabrak pohon saja orang kena tilang. Dia harus mengganti, keparahan pohon ini tertabrak mobil sampai seberapa.

Penghargaan terhadap manusia, luar biasa. Sopan santunnya.

Saya di Frankfurt itu saya anggap di sini saja. Begitu turun, saya naik pesawat sekian lamanya kecuten karena di pesawat ndak boleh merokok. Turun langsung saya ngerokok.

Petugas datang itu dengan sopan sekali.

“Maaf, Anda merokok ya? Mari saya antarkan ke tempat merokok.”

Saya terus diajak, (tempat) kayak toples gitu, sendirian ngerokok.

Saya lalu berpikir, ini nanti yang masuk surga itu siapa?

(jama'ah tertawa)

Apa yang shalat terus, tapi tidak mengikuti ajaran Rasulullah, atau yang melakukan ajaran Rasulullah tetapi tidak shalat seperti mereka ini.

Ini akibat “diiris-irisnya”: ini agama, ini tidak...

Akhirnya kita anggap urusan disiplin, urusan ndonyo (dunia). Urusan kebersihan, karena ndak ada nahwu shorof-nya (tata bahasa Arab),ndonyo.

Soal penghargaan kepada manusia, urusan ndonyo. Soal kebangsaan,ndonyo.


(Catatan pribadi: shalat tetap wajib bagi yang muslim lho ya...) 

Untuk ceramah lengkapnya, silakan dilihat di YouTube :-) 
Continue Reading...

Thursday, December 24, 2015

Video Inspirasi - The Power Of Introvert

"....saya harap sekali sekali Anda mau membuka koper Anda agar orang lain dapat melihat, karena dunia membutuhkan Anda dan hal-hal yang Anda bawa..."
Kita tahu bahwa dunia ini cenderung berpihak pada orang-orang extrovert saja. Di sekolah siswa yang aktif akan dinilai berprestasi, sementara yang lebih memilih belajar atau beraktivitas secara individual dianggap kurang berprestasi, bahkan "aneh" atau "anti-sosial".

Padahal, dunia butuh orang introvert (tahu Bill Gates, kan? atau Rosa Parks? mereka introvert lho...). Sementara, banyak orang introvert yang justru menganggap diri mereka lebih lemah dibanding orang extrovert.

Di bawah ini adalah sebuah presentasi dari Susan Cain, penulis buku Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking (salah satu buku favorit saya, btw).







Terima Kasih Sudah Menyaksikan. . .
Continue Reading...

Video Inspirasi - Jim Rohn

Jim Rohn - Jika Kita Berubah, Hal Lain Akan Berubah untuk Kita


"...tak perlu berbuat apa-apa untuk kondisi ekonomi. Anda hanya perlu bekerja...untuk memperbaiki diri. Membuat diri Anda menjadi lebih bernilai."

"Inilah apa yang mentor saya katakan, salah satu saran terbaik yang pernah saya dapat...Dia berkata, 'Mr. Rohn, jika Anda akan berubah, maka hal lainnya akan berubah untuk Anda."








Terima Kasih Sudah Menyaksikan. . .
Continue Reading...

Video Inspirasi - Tony Robbins

Tony Robbins - Kaya Dahulu Baru Bebas Finansial 





"Jika Anda tak menunggu, jika Anda sadar Anda sudah kaya, saya yakin Anda bisa mencapai level kekayaan finansial 10 x lebih cepat daripada ketika Anda memikirkan keterbatasan." - Tony Robbins


"...berapapun uang yang Anda kumpulkan tak akan bisa membuat Anda kaya." Tony Robbins




Terima Kasih Sudah Menyaksikan. . .




Continue Reading...

Teori Motivasi David C. McClelland

Teori mengenai motivasi atau kebutuhan manusia selama ini mungkin yang lebih Anda kenal adalah teori dari Abraham Maslow dengan hierarki kebutuhannya.

Tapi, sebenarnya ada banyak para ahli dengan pendapat mereka masing-masing tentang teori motivasi, termasuk David McClelland.

Menurut Mclelland, ada tiga hal yang melatar belakangi motivasi seseorang:

1. The Need for Achievement (n-ach) – Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian

Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi.


Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan.


Tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.

2. The Need for Authority and Power (n-pow) – Kebutuhan akan Kekuasaan

Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial.

Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.

3. The Need for Affiliation (n-affil) – Kebutuhan akan Afiliasi / Keanggotaan

Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya.

McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya.

Sedangkan, sebab-sebab n-affil dari seseorang bisa bermacam-macam, dan salah satu contohnya bisa Anda lihat dari tragedi 11 September di Amerika Serikat. Setelah kejadian tersebut, banyak orang-orang Amerika yang melupakan kepentingan mereka dan memilih untuk bersatu sehingga mereka memiliki rasa aman.


Terima Kasih Sudah Mmebaca. . .
Continue Reading...

KAMPUS

IT